KESENIAN TRADISIONAL EMPRAK

  • plajan
  • May 23, 2019

Tari Emprak adalah jenis pengembangan kesenian rakyat Emprak, berupa seni peran yang mengangkat pesan moral, diiringi dengan musik yang biasanya berupa salawatan. Tari ini berasal dari  Kab.Jepara Jawa tengah.Emprak tradisional dimainkan oleh 9-15 orang, semuanya lelaki. Pengiringnya adalah alat musik rebana besar, kecil, dan kentongan, pakaian dan rias wajah seadanya berupa kaos, sarung, dan topi bayi. Dan waktu pementasan semalam suntuk di atas lantai dengan gelaran tikar lesehan. Sementara emprak masa kini bisa dimainkan mulai dari 5 orang, beberapa di antaranya wanita, dengan diiringi rebana besar, kecil, kentongan, dan tambahan alat musik modern seperti orgen,gitar dan suling. Kostum pemain diperbaharui dengan rompi dan sarung, juga topi bayi,rias wajah yang lebih baik, serta waktu pementasan yang bisa dibatasi lebih pendek dalam 1-2 jam. Pementasan dilakukan di panggung khusus,ini merupakan kolaborasi antara musik, cerita banyolan, tari, dan lantunan shalawat. Sesekali cerita berupa sejarah Nabi dengan pembacaan al-Barjanzi bisa juga sejarah perkembangan kota Jepara.  Tema juga biasanya diambil dari kejadian di masyarakat seperti : kawin lari, kawin paksa, perselisihan rumah tangga, dan sebagainya yang diakhiri dengan pesan‑pesan dan hikmah dari cerita yang dipentaskan. Dalam menyuguhkan suatu cerita juga diselingi dengan lawakan, tuntunan-tuntunan, serta pesan pengetahuan.menurut cerita asal mula kesenian emprak di mulai Sekitar awal abad XVI ada rombongan kesenian keliling yang terdiri dari 6 (enam) orang. Mereka berkeliling dari kampung-kampung menjajakan kesenian terhadap masyarakat yang mau menerima sajian kesenian tersebut. Alat musik yang mereka bawa adalah sebuah kendang besar dan sebuah kedang kecil. Kemudian pada saat mereka menjajakan kesenian bertemulah group ini dengan dua orang asing dari Arab yang masing-masing membawa sebuah terbang besar dan sebuah terbang kecil. Dalam pertemuan tersebut mereka saling bertukar pikiran tentang kesenian dan pada akhirya mereka berkolaborasi atau bergabung untuk bekerja sama menjadi satu kelompok (group). Kemudian setelah mereka bersatu menjadi satu kelompok, mereka melengkapi peralatan musik dengan Goprak,yaitu peralatan yang terbuat dari bambu yang dibelah/dipecah pada bagian ujungnya, hingga kalau dipukulkan berbunyi ”prak-prak”. Setelah itu dari tahun ke tahun alat musik yang digunakan mengalami perkembangan secara terus menerus hingga saat ini. Di kabupaten Jepara, kesenian emprak sangat populer sekitar tahun 80-an. Hampir setiap hajatan (khitan maupun pernikahan) kesenian yang biasanya dipentaskan selama 8 jam (21.00-05.00) ini menjadi alternatif tontonan (hiburan) warga. Pada saat itu juga kesenian ini juga sering manggung--keliling desa satu ke desa lain.